Black Hole yang Gak Ilang-ilang

Setiap orang pasti pernah punya satu atau mungkin beberapa luka yang lama sekali untuk sembuhnya. Atau mungkin bahkan sampai sekarang belum sembuh-sembuh? Luka yang lama-kelamaan menumpuk dan semakin membekas. Sudah beberapa kali mencoba untuk damai dengan diri sendiri, menikmati lukanya, menata lagi perlahan-lahan agar kembali utuh (lagi) tapi masih saja susah. Masih saja rapuh, masih saja cengeng, masih saja sensitif. Perasannya masih beridiri tegak menguasai pikiran.

 

Lama ya? Rasanya gak ilang-ilang. Ada yang bilang, seseorang harus menyadari dirinya sakit untuk bisa sembuh. Padahal diri ini udah beberapa kali kok menyadari sakit dan sadar harus bisa sembuh. Tapi kenapa ya masih aja berat?

 

Konon katanya ada 5 tahapan dalam grieving atau berduka. Denial (penolakan), anger (marah), bargaining (menawar), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan). Sedangkan yang aku rasakan sampai saat ini tuh ya masih stuck di tahap denial dan anger. Gitu aja terus, bolak-balik. 10 tahun lebih berada dalam luka, dalam lubang yang makin membesar dan menghitam di dasar hati. Susah rasanya ingin menggapai kata “ikhlas”. Mencoba buat tegar, buat menguatkan orang lain, berusaha biar ga nangis di depan banyak orang yang datang ke rumah. Padahal dulu masih kecil, tapi udah bisa fake hahah. Tapi ya dampaknya sampai sekarang. Susah kalo mau mengeluarkan apa yang dirasa, masih terus berusaha buat denial, berpura-pura mati rasa padahal diem-diem nangis di pojokan xixi. Sebegitu hebatnya diri ini menyembunyikan “black hole” itu, di sisi lain sih ya tersiksa juga.

 

Jujur susah untuk terus berpura-pura baik-baik aja, bersikap nothing, ketawa-ketiwi tanpa beban, bersikap mampu melakukan apapun tanpa sosok “ayah”. Padahal kenyataannya Rahma kecil masih belum bisa berkembang dengan optimal. Black holenya sudah membekas di Rahma kecil tapi baru terasa saat ini, baru meledak. Rasanya dunia gaadil, padahal memang dunia gaadil buat siapapun. Menyalahkan Tuhan, berandai-andai semuanya masih seperti dulu, marah, kesal, merasa kenapa ini harus terjadi. Sering sekali menyalahkan Tuhan, tapi lagi-lagi Tuhan selalu merangkul. Seolah-olah harus belajar menerima, seolah-olah aku harus belajar mengikhlaskan. Tapi apakah emang bisa ya semudah itu mengikhlaskan? Jelas enggak dong. Semuanya masih di luar nalar, tapi untuk saat ini aku akan berusaha lebih menerima. Karena kehidupan akan terus memaksa kita untuk berdamai di tengah badai yang mengadang sekalipun. It’s need a long time to heal. Bukan lukanya yang gak ilang-ilang, tapi kitanya yang masih mau diam di dalam luka itu sendiri. Tidak akan pernah mudah, but if we never try, we’ll never know.

 

Jadi, buat temen-temen yang mungkin posisinya sama seperti aku saat ini, jangan pernah memupuk lebih dalam rasa sakit, jangan pernah menyembunyikan perasaan apapun, selagi bisa dikeluarkan ya keluarkan aja. Daripada jadi luka baru dan nambah “black hole”nya. Gapapa sedih, gapapa banget buat ngerasa kangen, tapi jangan terlalu larut, kirim do’a  jangan lupaa heheheh. Ikhlas sulit, tapi pelan-pelan pasti bisa. Tenang, semua pasti bisa dilewati~

 

Selamat mencari titik ikhlas secepatnya, yteam club. Semoga selalu diberi ketabahan dan kekuatan ya. Tuhan pasti pelan-pelan menyembuhkan lukanya. Peluk Hangat <3

 

  • Rest in Love, Amma. I miss you badly.

07.01 Karya Tulis, Pengalaman Kuliah, Pengalaman Pribadi 0

Post details

Leave a Reply

Social